Senin, 03 Desember 2018

PPT Motorik

https://drive.google.com/file/d/1plOOPIi8bHmc5o-AitWI-MTElvsRLWCF/view?usp=drivesdk

Makalah Motorik


















                               Kata Pengantar
    Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang dimensi pembelajaran motorik dalam penjaskes dan olahraga.
    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
     Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
     Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapatmemberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.


Makassar , oktober 2018

                                                                                                      Penulis
                          Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………… …..
Daftar Isi…………………………………………………………………………… …..
Bab I  Pendahuluan……………………………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………………
D. Manfaat ………………………………………………………………….......

Bab II Pembahasan……………………………………………………………………………...
1. Dorongan Dasar Peserta Didik………………………………………………………
2. Respons Emosional…………………………………………………………………
3. Proses Penilaian Pembelajaran Gerak dalam Penjaske dan olahraga………..
4. Urgensi Penjaskes Dan Olahraga…………………………………………………
5. Landasan psikilogis dan Visi Sosial Penjaskes Dan Olahraga…………………
6. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Bagi Anak Luar Biasa……………………………………………………………………….
7. Belajar Gerak dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga…………………………

Bab III Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
      Pembelajaran gerak merupakan salah satu bagian dari pembelajaran pendidikam jasmani,kesehatan,dan olahraga(penjaskes dan olahraga) disekolah agar subyek pendidikan atau peserta didik memiliki keterampilan gerak yang memadai.keterampilan gerak merupakan kemampuan yang seharusnya dmiliki oleh pembelajar sebagai bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari.jika seseorang mempunyai keterampilan gerak yang baik,maka dia mempunyai kesempatan yang besar untuk meraih kecapan hidup yang dibutuhkan.
Pelaksanaan penjaskes dan olahraga serta pembelajaran motorik seharusnya tidak hanya dilakukan secara konvesional didalam kelas yang bersifat kajian teoritis,namun juga melibatkan unsur fisik,mental,intelektual,emosi,dan sosial.selain itu aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik,sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.








B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan dari dorongan dasar peserta didik ?
2. Bagian respons emosional dalam pembelajaran gerak peserta didik ?
3. Bagaimana cara melakukan penilaian pembelajaran gerak dalam penjas dan olahraga ?
4. Apa hubungan penjaskes dan olahraga dengan sisiologis ?
5. Mengapa pendidikan jasmani dan olahraga bagi anak luar biasa menjadi prioritas utama ?

C. T UJUAN
Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari dorongan dasar peserta didik
2. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagian dari respon emosional
3. Mengetahui dan mampu melakukan penilaian terhadap pembelajaran gerak
4. Memahami keterkaitan antara penjas dan olahraga dengan sisiologis
5. Mengetahui manfaat penjas bagi anak luar biasa

D. Manfaat
           Manfaat yang terdapat dalam makalah ini adalah dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang pembelajaran motorik dalam penjaskes dan olahraga.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Dorongan Dasar Peserta Didik
    Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu.semua peserta didik memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan.dorongan dasar ini berkaitan dengan pengaruh masyarakat,guru,orang tua,teman dan sebagainya.biasanya dorongan dasar ini akan berpola sama pada setiap pembelajar dan tidak dipengaruhi oleh factor kematangan. Dorongan tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga untuk menciptakan program sesuai dengan karakter dan potensi peserta didik.
     Dorongan dasar yang seharusnya ada dalam penjaskes dan olahraga,anatara lain: dorongan untuk bergerak, dorongan utuk mendapatlkan pengakuan teman dan masyarakat,dorongan untuk bekerja sama dan bersaing,dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik, dorongan untuk kepuasan kreatif, dorongan untuk menikmati irama hidup, doro ngan untuk mengetahui dan menguasai hal-hal yang menarik dan menantang,dan sebagainya.




2. RESPONS EMOSIONAL
   Pada dasarnya peserta didik atau pembelajar bereaksi terhadap situasi pembelajaran secara emosional,misalnya dia berusaha menghindar atau sebaliknya melibatkan diri saat pembelajaran berlangsung.respons emosional positif (melibatkan diri) akan mendoromg peserta didik untuk belajar secara aktif,tetapi ketika peserta didik mempunyai respons emosional yang negatif, maka ia tidak akan mencapai apa yang diharapkan.ada beberapa wacana berkaitan dengan respons emisonal peserta didik dalam pembelajaran gerak, khususnya dalam penjasles dan olahraga, yang akan diuraikan dibawah ini.

1) Respons Sederhana
      Pada respons sederhana, sesuai namanya, penguasaan keterampilan gerak difokuskan kepada beljar merespons gerak sederhana.contohya antara lain berlari,melompat, mengayunkan raket, dan menendang bola. Indikasi keberhasilan penguasaan respons sederhana adalah ketika pembelajar mampu menguasaai suatu jenis keterampilan secara cepat dan otomatis dalam suatu rangkaian gerak yang efesien tanpa bantuan seorang guru.
     Respons sederahana akan terbentuk seiring dengan kesesuaian antara bentuk gerak dan efesiensi gerak tubuh. Belajar pada tahap ini belajar dengan rangsangan tertentu. Kemampuan pada tahap ini memerlukan penguasaan respons sederhana yang terkait dengan situasi belajar dengan rangsangan tertentu. Kemampuan pada tahap ini diukur dengan menilai kecakapan peserta didik dalam menampilkan tugas gerak yang sesuia atau respons yang ditunjukkan terhadap rangsangan yang diberikan tanpa bantuan dari luar.


2) Membedakan Respons Ganda
   Ini merupakan tahap yang paling sering terjadi dalam pembelajaran gerak penjaskes dan olahraga,yaitu fokuskan kepada kemampuan anak untuk menampilkan respons yang sesuiai terhadap serangkaian stimulus.pada tahap ini, anak mempelajari sejumlah respons dan mengetahui bagaimana memilih suatu respons untuk situasi tertentu.
Misalnya : menyongsong gerak bola tenis dari lawan,memilih jurus dan gerakan yang tepat dalam olahraga karate atau tinju, mengeblok smesh dalam peratandingan bola voli, daan sebagainnya.
   Belajar pada tahap ini memerlukan banyak latiha yang melibatkan banyak rangsangan yang berbentuk situasi-situasi belaja sehingga melibatkan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan respons yang sesuai. Hal ini akan membawa implikasi oada pengayaan dan keragaman lingkungan belajar dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk merespons berbaga sesuatu belajar yang berbeda.

3) Respons sesuai kebutuhan
       Pada saaaat belajar bagaimana menendang bola,pembelajar tidak akan mempelajarinya secara terpisah dan dia tidak belajar menendang untuk setiap bola umpan yang bervariasi, melainkan akan belajar mengelompokkan responns-respons sebagai suatu konsep.peserta didik belajar bahwa bola bergerak dengan pola yang sama meskipin datang dari arah yang berbeda sehingga untuk menendang bola tersebut dengan baik, pembelajar mengembangkan bermacam-macam respons sesuai dengan kebutuhan.sama dengan ketika akan mengembangkan konsep tentang mobil dan bagaimana membedakan antara bus dan truk.peserta didik akan menggeneralisasikan berbagai respons ke dalam konsep dan membedakan konsep-konsep tersebut sesuai dengan situasi.
      Pendidikan gerak saraf akan konsep pembelajaran gerak, baik sebagai tahap penguasaan gerak, pola gerak, maupun focus gerak. Ketika pembelajar telah memeroleh konsep tersebut dan dapat membedakannya, dia diharapkan dapat mengaplikasikannya untuk mengatasi masalah-masalah gerak.

4) Rantai Gerak
         Rantai gerak merupakan serangkaian respons gerak sederhana yang dikuasaai secara efektif dan efesien yang ditampilkan sesuai dengan isyarat khusus. Melompat melewat mistar pada lompat tinggi merupakan salah satu contoh mengenai rantai gerak. Di dalamnya terdapat pendekatan, kesesuaian momentum gerak, ketepatan waktu melompat, dan saat mendarat. Rantai gerak bekerja sama sebagai suatu rangkaian yang harmonis sehinnga pelompat tinggi tahu kapan harus melompat, kapan harus menghindari rintangan mistar,dan mendarat denga baik.
       Kemampuan pada tahap rantai gerak dapat ditunjukkan ketika gerak dilakukan dengan luwes dan memiliki sikronisasi tinggi dengan isyarat-isyarat gerak. Keterampilan kompleks menuntut pembelajar memiliki kombinasi rantai gerak sesuai urutan yang benar. Pada tahap ini, pembelajar mampu membedakan beberapa isyara  yang datang dalam suatu kelompok. Misal, pada saat bermain basket, penampil menggiring bola ; dan pada saat yang tepat mengoper bola tersebut kepada teman seregu untuk dimasukkan kedalam ring. Pada saat bermain bola voli, seorang atlet menerima servis dari lawan untuk kemudian diarahkan kepada pengumpan agar teman yang lain dapat melakukan smesh. Pada sepak bola, sang pemain ke gawang lawan setelah menerima umpan dari teman satu tim.
       Untuk menguasai keterampilan kompleks, pembelajar biasabya memerlukan waktu yang lama. Dalam pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan kompleks sering disebut dengan keterampilan terbuka karena tuntutan lingkungan mudah diramalkan. Keterampilan tertutup dapat dianalogikan dengan rantai gerak.

3. Proses Pemnilaian Pembelajaran Gerak Dalam Penjaskes dan Olahraga
          Proses penilaian (assement) pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran gerak dalam penjaskes dan olahraga, yang memungkinkan guru mampu menentukan atau membuat keputusan yang benar mengenai pencapaian belajar peserta didik. Penilaian dapat dialakukan dengan tujuan menetapkan nilai atau menetapkan umpan balik untuk mendiagnosis kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, serta melihat kemajuan belajar peserta didik.
        Penilaian dapat dilakuka saat pembelajaran berlangsung atau bisa juga dilakukan saat akhir pembelajaran. Sesuai dengan sifat dan fungsinya sebagai dokumen (catatan) pribadi setiap peserta didik, maka aktivitas penilaian seharusnya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sangat penting untuk mengetahui kemajuan anak dari waktu kewaktu. Dalam pengguanaan model pembelajaran dengan pendekatan taktik, penilaan yang bersifat menyeluruh (orientasi “proses” dan “hasil” sekaligus) lebih tepat digunakan.
       Untuk tujuan meningkatkan keterampilan gerak pembelajar, khususnya dalam penjaskes dan olahraga, penilaian seyoganya bermuara pada semua aspek keterampilan. Jika keterampilan gerak menjadi tujuan utama dalam pendekatan pembelajaran, guru harus menilai semua aspek keterampilan gerak, bukan sekedar menguasai keterampilan gerak dasar (teknik dasar) saja. Sebagai contoh, dalam olahraga softball, keberhasilan dalam melakukan permainan tidak hanya ditenrukan oleh kerasnya pukulan atau tepatnya melempar, tetapi lebih pada pengambilan keputusan secara taktis untuk memecahkan masalah-masalah dalam permainan yang dihadapi. Memukul dengan pelan tetapi dapat memajukan pelari seregu ke base berikutnya lebih baik daripada memukul keras, dapat mencapai base 1, tetapi teman seregu mati atau tidak dapat maju ke base berikutnya.
        Contoh diatas memberikan gambaran bahwa pengambilan keputusan dalam keterampilan bermain softball merupakan hal penting utuk duimiliki para penampil keterampilan motorik sehingga dalam permainan, kesempatan untuk memecahkan masalah-masalah taktis mempunyai peluang yang besar.
       Agar proses penilaan bisa dilakukan secara menyeluruh seperti dikemukakan didepan, maka penilaian sebaiknya dilakukan secara otentik. Penilaian dikatakan otentik jika dilakukan apa adanya saat peserta didik melakukan keterampilan gerak yang diharapkan dalam situasi nyata. Berdasarkan karakteristik penilaia secara otentik tersebut, maka observasi atau pengamatan merupakan teknik yang paling sesuai untuk menilai keterampilan gerak, khususnya dalam penjaskes dan olahraga. Hal ini karena aspek-aspek yang akan diukur merupakan berbagai perilaku yang ditampilkan secara langsung, uang informsinnya hanya dapat dikumpulkan melalui pengamatan berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
       Penilaian secara otentik memerlukan perencanaan yang baik. Harus ada pengembangan instrument agar pengamatan yang dilakukan dapat mencakup aspek-aspek yang akan dinilai. Intrumen penilaian harus mencakup kemampuan-kemampuan yang ditampilkan untuk menyelesaikan masalah-masalah gerak.




4. Urgensi Penjaskes Dan Olahraga                             
       Penjaskes dan olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bisikan serangkaian materi pelajaran yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan jasmani seyogyannya lebih dikembangkan ke arah yang lebih optimal sehingga peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebiasaan hidup sehat, dan aktif. Semuannya ini bermuara pada kesegaran jasmani dan rohani. Dalam konteks ini, peserta didik juga memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
     Penjaskes dan olahraga memiliki sasaran pedagogis yang jelas dan terarah, oleh karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar mengenai dunia dan dirinya sendiri yang berkembang sesuai dengan kemajuan zaman serta orientasi pendidikan yang berlaku. Penjaskes dan olahraga mempunyai arti penting bagi peningkatan life skill (kecakapan, kepandaaian, dan keterampilan hidup) dalam pendewasaan peserta didik.
    Ketersediaan sarana dan prasarana, keragaman karakteristik peserta didik, dan Perbedaan keyakinan guru menyebabkan munculnya variasi penekana nilai dan tujuan penjaskes dan olahraga sehingga tidak mungkin selalu disamakan. Berbagai variasi tersebut merupakan bagian integral dari munculnya berbagai embrio model pembelajaran pendidikan jasmani yang sejalan dengan konsep pembelajaran penjasken dan olahraga.


5. Landasan Psikologis dan Visi Sosisal Penjaskes Dan Olahraga               
           Penjaskes dan olahraga lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, mengaharuskan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif. Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kelakuan proses pembelajaran penjaskes dan olahraga tersebut.
       Sebagaimana dibahas dalam bab 10 yaitu “ teori pengolahan informasi, indera manusia, dan keterampilamm motorik”, diungkap bahwa pembelajran gerak adalah suatu proses pengambilan keputusan yang secara hierarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap memilih respons. Jika ada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didoronng untuk terus-menerus meningkatkan kemapuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.
      Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjaskes dan olahraga yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “… ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar bola itu ke si A dan kamu kembali kesini”), melainkan harus pula dibarengi  dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganilisis situasi dan memberikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri (misalnya: “… baik, ketika posisi lapangan ketat dan kamu dijaga terus oleh lawan, kira-kira ke manakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktikan, apakah keputusanmu sudah tepat atau belum?”)
     Penjaskes dan Olahraga adalah wahana yang sangat baik untuk , proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting , dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menggapai tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjaskes dan olahraga diantaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.
      Penjaskes dan olahraga berkaitan erat dengan sisiologi. Sisiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antara satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sisiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sisiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
     Dikatkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjaskes dan olahraga sesungguhnya adalah seorang sisiolog (atau setidaknya punya perspektif sisiologis) yang mengetahui prinsip-prinsip umum sisiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjaskes dan olahraga.
    Pendidik, guru, pelatih, dan istruktur yang mengerti sisiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: (1) pengaruh penddikan pada institusi sosial, kelompok, dan individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru, serta bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.
6. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Bagi Anak Luar Biasa         
      Pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi prioritas dalam program pendidikan nasional kita. Ini menunjukkkan bahwa pemerintah yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja yang berada dilingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan non-formal lainnya.
    Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani dan olahraga harus merupakan program utama dari program pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fondasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
     Guru pendidikan jasmani dan olahraga perlu mengakui bahwa aspek biologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substansif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anak-anaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
       Even-even lomba, turnamen, dan pesta olahraga khusus bagi atlet yang menyandang kekurangan fisik, baik pada level lokal, nasional, hingga internasional merupakan ajang yang sangat baik bagi para atlet penyandang kekurangan fisik untuk bergembira, berprestasi, dan mengaktualisasikan diri secara maksimal. Dari sini, pendidikan jasmani dan olahraga bagi anak luar biasa bisa memotivasi seseorang untuk mandiri, mengisi, dan memaknai hidupnya secara lebih baik, indah, dan bahagia.

7. Belajar Gerak dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
         Pendidikan jasmani dan olahraga dapat menyalurkan hasrat dan keinginan peserta didik untuk bergerak. Begerak tidak hanya merupakan kebutuhan alami peserta didik, melainkan dari sisi lain juga dapat membentuk, membina, dan mengembangkan individu peserta didik. Aktivitas gerak tak hanya menyehatkan jasmani dan rohani seperti adagium tersohor “men sana incorpore sano” (jiwa yang sehat terletak pada tubuh yang sehat), melainkan juga dapat meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik.
       Pendidikan jasmani dan olahraga banyak fungsi dan manfaatnya, antara lain :
Mengekplorasi pengetahuan tentang gerak dan mengembangkan ketrampilan gerak.
Untuk belajar menguasai pola-pola gerak dasar keterampilan secara efektif melalui latihan dan pertandingan berbagai cabang olahraga.
Memperkaya pengertian tentang konsep ruang waktu, dan gaya dalam hubungannya dengan gerakan tubuh.
Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan hubungan interpersonal yang baik dalam berbagai even lomba dan pertandingan olahraga, baik pada level lokal, nasional, maupun internasional.
Meningkatkan kondisi jantung, paru-paru, otot, dan system organ tubuh lainnya yang vital untuk meraih kebugaran jasmani dan kesehatan yang sangat berharga dan tak bisa diukur dengan materi.
Memeroleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan bentuk tubuh yang baik,serta kondisi perasaan yang selaras.
Mengembangkan minat, bakat, dan potensi, atau keinginan berpartisipasi dalam berbagai cabang olahraga.[]

















BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dorongan dasar peserta didik mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga untuk menciptakan program yang sesuai dengan karakter dan potensi peserta didik.
2. Bagaian dari respons emosional peserta didik yaitu :
a. Respons sederhana
b. Membedakan respons ganda
c. Respons seusai kebutuhan
d. Rantai gerak
3. Penilaian dapat dilakukan saat pembelajaran berlangsung ataupun akhir pembelajaran. Sesuai dengan sifat dan fungsinya sebagai dokumen (catatan) pribadi peserta didik,maka aktivitas penilaian dilakukan secara terus menerus.
4. Penjaskes dan olahraga berkaitan erat dengan sisiologis, seorang sisiolog (atau setidaknya punya perspektif sisiologis) yang mengetahui prinsip-prinsip umum sisiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajaran menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas dan olahraga.
5. Pada kenyataannya para siswa peyandang kelainanan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak.


B. SARAN
- Pengembangan penyelengaraan pendidikan jasmani harus lebih dikembangkan kearah yang lebih optimal sehingga peserta didik akan lebih kreatif,inovatif,terampil.
- Ketersediaan sarana dan prasarana,Perbedaan krakteristik siswa dan perbeedaan keyakinan guru yang menyebabkan munculnya variasi penekanan nilai dan tujuan kependidikan jasmani merupakan sesuatu yang pasti ada.
- Pemodelan pembelajaran dari mulai yang bersifat embrio hingga menjadi bagian professional guru dalam mengajar pendidikan jasmani akan dapat meningkatkan percaya diri guru.















Daftar Pustaka

Thomas,Jerry R.et al, Physical Education for children: Concepts into
                   Practice Champaign IIinois: Human Kinetics Books, 1998

Trot, M.C,Laurel, M.K.and Windeck, S.L.,Sense Abilities: Understanding
                  Sensory Integration, San Antonio, Texas: Therapy Skill Builders, 1993
.
Tyler, R.W.,Basic Principles of Curiculum and Instruction,Chicago: The
                 University of Chicago Press,1949.

Vygotsky, L.S., Mind in Society, Cambridge : Harvard University Press,
                 1978.

Wenger,  Win, Beyond Teaching and Learning, Gaithersburg: Project
                Renaissance, 2000.






BIODATA PENULIS